I. Pengertian Kalimat Turunan
Kata turunan adalah
kata dasar yang memiliki imbuhan , baik berupa awalan , sisipan/akhiran ,
maupun gabungan kata . Kata turunan termasuk salah satu unsur pembentuk kalimat
, selain kata dasar dalam setiap penulisan artikel .
Berikut adalah beberapa
informasi tambahan untuk melengkapi aturan yang terdapat pada Kata Turunan.
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh:
bergeletar, dikelola.
b) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata,
awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh:
bertepuk tangan, garis bawahi
c) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda
hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh:
menggarisbawahi, dilipatgandakan.
d) Jika salah satu unsur gabungan hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Contoh:
adipati, mancanegara.
e)Jika kata dasar huruf awalnya adalah
huruf kapital, diselipkan tanda hubung.
Contoh:
non-Indonesia.
Secara umum,
pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang
ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk
melengkapi aturan tersebut.
a)
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam
bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan
sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
Awalan: me-, ber-, di-, ter-,
ke-, pe-, per-, dan se-
Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan
-nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih
dari satu awalan atau akhiran.
a) ber-an
b) di-kan dan di-i
c) diper-kan dan diper-i
d) ke-an dan ke-i
e) me-kan dan me-i
f) memper-kan dan memper-i
g) pe-an
h) per-an
i) se-an
j) ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan
spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
Akhiran: -man, -wan, -wati, dan
-ita.
Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
b) Awalan me-
Pembentukan
dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. Tetap,
jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w.
Contoh: me- + luluh →
meluluh, me- + makan → memakan.
2. me-
→ mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v.
Contoh: me- + baca →
membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i →
memfasilitasi.
3. me-
→ men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- +
datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me-
→ meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh: me- + kikis →
mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me-
→ menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata.
Contoh: me- + bom →
mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me-
→ meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf
dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
a) Dilebur
jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal.
Contoh: me- + tipu →
menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
b) Tidak
dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan.
Contoh: me- +
klarifikasi → mengklarifikasi.
c) Tidak
dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna.
Contoh: me- + konversi
→ mengkonversi.
Aturan khusus:
Ada
beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber-
+ kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber-
+ ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe
+ perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)
Sumber:
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus