Judul : “Perfume The Story of a Murderer”
Penulis : Patrick Süskind
Penerjemah
: Bima Sudiarto
Penerbit : Dastan Books, Jakarta
Tebal : 428 halaman
Novel
Perfume The Story of a Murderer ditulis oleh seorang penulis yang berasal
dari Jerman, Patrick Suskind dimana
ceritanya menawarkan tentang Prancis yang gelap dan suram pada abad 18. Novel
Perfume adalah kisah yang memikat tentang pembunuhan dan “kegeniusan yang
menyimpang”. Novel bestseller yang sensasional ini membangkitkan rasa penasaran
yang menakutkan tentang apa yang terjadi ketika bakat, hasrat, dan
kecenderungan akan aroma tubuh mengubahnya menjadi seorang pembunuh genius.
Jean-Baptiste
Grenouille terlahir tanpa diinginkan ibunya dan tanpa bau badan. Setelah
selamat dari pembunuhan ibunya sendiri yang seorang pelacur, bayi laki-laki ini
berpindah dari satu ibu susu ke ibu susu yang lain kemudian dibuang ke rumah
penitipan anak yatim piatu. Kedatangan Grenouille menimbulkan perasaan tak
nyaman dan terganggu pada anak-anak yatim piatu lainnya. Bukan tersebab
kenakalannya, tapi semata-mata karena Grenouille hadir tanpa bau badan.
Hasrat
membunuh memang beraneka ragam. Tapi, yang membuat novel ini memikat justru
keunikan dari motif membunuh Grenouille, sang tokoh utama demi sebuah aroma.
Keunikan itu mengantar Süskind layak diacungi jempol. Süskind mampu merangkai
ide tentang aroma cukup detail, hasrat membunuh yang muskil, dan efek parfum
yang melahirkan cinta. Novel ini pun, dari segi gagasan, sudah mengundang decak
kagum.
Karakter
tokoh sejak dini digambarkan sangat tegas (tidak disembunyikan) sebagai manusia
abnormal, pun hanya dengan satu kekurangan yang tidak dimilikinya, sebagai
manusia ia lahir tanpa bau badan. Tapi dari kelihaian dari tuturan yang
disuguhkan justru mengangkat jati diri sang tokoh hadir dan menempati ke titik
tertinggi sebagi seniman jenius sebagi ahli pembuat parfum tanpa cela yang
punya kelebihan yang tidak dimiliki manusia lainnya.
Kelebihan
Grenouille mencium bau, membuatnya belajar tentang parfum dan mewarisi seni
meramu minyak. Di usia 18 tahun, dia menempuh perjalanan ke selatan untuk
belajar teknik penyulingan. Akhirnya ia terpikat pada aroma perawan seorang
gadis berambut merah dan membunuhnya untuk menghirup aroma perawan itu. Dari
peristiwa itu, Grenouille berambisi untuk menciptakan parfum beraroma perawan.
Tidak
memiliki bau badan namun punya indera penciuman yang sangat tajam, Grenouille
menjelma tokoh genius dalam seni meramu aroma. Setelah mencium aroma seorang
perawan cantik, ia terobsesi membuat parfum terbaik beraroma perawan. Tanpa
emosi Grenouille membunuh 25 gadis perawan untuk diambil aromanya. Tubuh mereka
layu seolah terisap tanpa sisa. Pakaian beserta rambut dan kulit kepala hilang.
Pembunuhan berantai yang rapi, terencana dan misterius. Dua puluh empat perawan
sudah ia bunuh, tinggal perawan berambut pirang Laure yang harus ia tunggu
sampai berumur 16 tahun. Tapi gadis itu dijaga ketat oleh sang ayah.
Lebih
dari sekadar unik, novel ini juga memiliki beberapa kelebihan. Selain didukung
riset memadai soal aroma, novel ini juga menarik dan tak membosankan. Karakter
dan perubahan tokoh cerita juga digambarkan dengan kuat. Dari lahir hingga
meninggal, ada konsistensi yang cukup kuat dari keteguhan pengarang dalam
menceritakan “kebencian hidup” Grenouille. Tak salah, sejak awal kisah ini
menegaskan sifat Grenouille yang aneh.
0 komentar:
Posting Komentar